Kloning merupakan
penggandaan suatu organisme kehidupan. Contoh nyata kloning alami adalah adanya
kembar dari dua pasang bersaudara. Keduanya identik secara bentuk tetapi
berbeda pada perilakunya.Seiring dengan perkembangan teknologi, manusia mulai
menyelidiki bagaimana membuat kloning dari suatu makhluk hidup. Tujuannya pun
bermacam-macam. Tetapi dari tujuan tersebut setidaknya ada dua tujuan besar
mengapa kloning diteliti, yaitu untuk tujuan pengobatan dan tujuan reproduksi.
Kloning dilakukan
dengan mengambil embrio dasar dari suatu makhluk hidup, kemudian memberikan
instruksi pada embrio tersebut agar bisa menjadi makhluk serupa. Embrio dasar
tersebut bisa didapatkan dengan mengambil satu sel sehat dari organ manusia,
kemudian sel tersebut ditanamkan pada rahim atau pada tempat lain untuk
menumbuhkannya hingga kelahiran embrio tersebut.
Sarjana-sarjana
barat telah banyak melakukan eksperiment yang berhubungan dengan kloning ini.
Penelitian dilakukan pada unggas dan mamalia. Dari sekian banyak penelitian
untuk unggas hampir seluruhnya berhasil. Contohnya seperti kloning pada chimes
(sejenis ayam hasil kloning dari ayam petelur dan ayam berdaging) yang
dilakukan oleh Rob Etches. Kloning ini ternyata berhasil dan menghasilkan suatu
organisme baru yang unggul yang memiliki daging banyak dan produktif dalam
menghasilkan telur. Sedangkan kloning pada mamalia, meskipun berhasil
melahirkan suatu organisme tetapi organisme tersebut ternyata tidak memiliki
daya tahan tubuh yang memadai sehingga mamalia hasil kloning seluruhnya mati
dalam waktu yang singkat setelah dilahirkan, misalnya Gaur (bison thailand yang
dikloning agar tidak punah) dan Dolly (domba hasil kloning).
A. Sejarah
Kloning
Eve bayi
perempuan hasil cloning pertama didunia kini berusia 5 tahun, sehat dan kini
mulai menginjak pendidikan Taman Kanak Kanak di pinggiran kota Bahama.
Era manusia super mungkin bakal segera
terwujud. Dunia tidak akan kekurangan stok manusia-manusia super genius sekelas
Albert Einsten atau atlet handal sekelas Carl Lewis atauaktris sensual Jennifer
Lopez. Manusia-manusia super itu bakalan tetap lestari di muka bumi. 100% sama
persis, yang beda hanya generasinya. Eve merupakan bayi pertama yang lahir dari
10 implantasi yang dilakukan Clonaid tahun 2002. Dari 10 implan, lima gagal.
Empat bayi kloning lainnya akan dilahirkan tahun ini, bahkan bayi kloning kedua
akan lahir minggu ini.
Clonaid berencana
mengimplantasi 20 klon manusia Januari ini. Pada saat bersamaan, para ahli
independen akan diundang untuk melihat prosesnya sehingga bisa menyaksikan
bagaimana contoh kloning, pertumbuhan embryo dan implantansinya. Soal
kekhawatiran banyak pihak tentang ketidaksempurnaan hasil kloning pada binatang
yang dijadikan model pada kloning manusia, Broisselier menandaskan, kedua prosedur
itu tidak bisa dibandingkan. Masalah yang timbul pada kloning binatang
merupakan hasil dari prosedur khusus yang digunakan ilmuwan untuk mereproduksi
binatang. Jadi bukan pada proses kloningnya.
“Kami orang-orang
serius dan bertanggungjawab karena ini berhubungan dengan masalah kemanusiaan.
Kami memberikan hak dan pilihan pada orang tua untuk memilih anak-anak sesuai
gen mereka. Jika dalam proses kloning, peneliti Clonaid mendeteksi adanya
abnormalitas, janin akan digugurkan,” katanya. Kelahiran Eve merupakan sebuah
kejutan. Sebelumnya para ilmuwan bersiap menerima kelahiran bayi kloning
pertama ‘karya’ dokter ahli kesuburan Italia, Dr. Severino Antinori, awal
Januari 2003. Menurut Antinori saat ini ada dua wanita lain yang juga sedang
mengandung bayi hasil kloning, dengan usia kandungan 27 dan 28 minggu. Namun ia
menolak bertanggungjawab atas proses pengklonan terhadap kedua wanita tersebut,
walaupun ia bertindak sebagai penasehat.
Antinori adalah
ahli kesuburan yang piawai. Ia telah mendeklarasikan keberhasilannya mengklon
babi dan primata dan berhasil menerobos prosedur fertilitas konvensional dengan
membuat seorang wanita hamil pada usia 62 tahun pada 1994.
Kebanyakan
ilmuwan setuju, reproduksi manusia dengan cara kloning memang memungkinkan.
Namun mereka menekankan, eksperimen seperti itu tidak bisa
dipertanggungjawabkan karena tingginya resiko kematian dan gangguan pasca
kelahiran.
B. Proses Kloning
Kita mengambil
contoh proses pengkloningan dari proses pengkloningan manusia. Kloning manusia
adalah teknik membuat keturunan dengan kode genetik yang sama denagn induknya
yang berupa manusia. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengambil sel tubuh
(sel somatik) dari tubuh manusia, kemudian diambil inti selnya (nukleusnya),
dan selanjutnya ditanamkan pada sel telur (ovum) wanita yang telah dihilangkan
inti selnya dengan suatu metode yang mirip dengan proses pembuahan atau
inseminasi buatan. Dengan metode semacam itu, kloning manusia dilaksanakan
dengan cara mengambil inti sel dari tubuh seseorang, lalu dimasukkan ke dalam
sel telur yang diambil dari seorang perempuan. Lalu dengan bantuan cairan
kimiawi khusus dan kejutan arus listrik, inti sel digabungkan dengan sel telur.
Setelah proses penggabungan ini terjadi, sel telur yang telah bercampur dengan
inti sel tersebut ditransfer ke dalam rahim seorang perempuan, agar dapat
memperbanyak diri, berkembang, berdiferensiasi, dan berubah menjadi janin
sempurna. Setelah itu keturunan yang dihasilkan dapat dilahirkan secara alami.
Keturunan ini akan berkode genetik sama dengan induknya, yakni orang yang
menjadi sumber inti sel tubuh yang telah ditanamkan pada sel telur perempuan.
Dengan penanaman
sel telur ke dalam rahim perempuan ini, sel telur tadi akan mulai memperbanyak
diri, berkembang, berdiferensiasi, dan berubah manjadi janin. Janin ini akan
menjadi sempurna dan akhirnya dilahirkan ke dunia. Anak yang dilahirkan
merupakan keturunan dengan kode genetik yang persis sama dengan perempuan yang
menjadi sumber asal pengambilan sel tubuh. Dengan demikian, proses kloning
dalam kondisi seperti ini dapat berlangsung sempurna pada seluruh tahapnya
tanpa perlu adanya seorang laki-laki.
Tapi perlu kita
ketahui kalau kloning itu berarti organisme mengandung dirinya sendiri dan
melahirkan dirinya sendiri. Proses kloning manusia dapat dijelaskan secara
sederhana sebagai berikut:
Mempersiapkan sel
stem : suatu sel awal yang akan tumbuh menjadi berbagai sel tubuh. Sel ini
diambil dari manusia yang hendak dikloning.
Sel stem diambil
inti sel yang mengandung informasi genetik kemudian dipisahkan dari sel.
Mempersiapkan sel
telur : suatu sel yang diambil dari sukarelawan perempuan kemudian intinya
dipisahkan.
Inti sel dari sel
stem diimplantasikan ke sel telur. Sel telur dipicu supaya terjadi pembelahan
dan pertumbuhan. Setelah membelah (hari kedua) menjadi sel embrio.
Sel embrio yang
terus membelah (disebut blastosis) mulai memisahkan diri (hari ke lima) dan
siap diimplantasikan ke dalam rahim.
Embrio tumbuh
dalam rahim menjadi bayi dengan kode genetik persis sama dengan sel stem donor.
Dengan demikian,
anak yang dihasilkan dari proses kloning ini akan mempunyai ciri-ciri hanya
dari orang yang menjadi sumber pengambilan inti sel. Anak tersebut merupakan
keturunan yang berkode genetik sama persis dengan induknya.
C. Dampak dari
Kloning
Dalam kehidupan
kita ternyata proses pengkloningan dapat membawa dampak buruk Kloning akan
memiliki dampak buruk bagi kehidupan, antara lain :
merusak peradaban
manusia.
memperlakukan
manusia sebagai objek.
Jika kloning
dilakukan manusia seolah seperti barang mekanis yang bisa dicetak semaunya oleh
pemilik modal. Hal ini akan
mereduksi nilai-nilai kemanusiaan yang dimiliki oleh manusia hasil kloning.
kloning akan
menimbulkan perasaan dominasi dari suatu kelompok tertentu terhadap kelompok
lain. Kloning biasanya dilakukan pada manusia unggulan yang memiliki
keistimewaan dibidang tertentu. Tidak mungkin kloning dilakukan pada manusia
awam yang tidak memiliki keistimewaan. Misalnya kloning Einstein, kloning
Beethoven maupun tokoh-tokoh yang lain. Hal ini akan menimbulkan perasaan
dominasi oleh manusia hasil kloning tersebut sehingga bukan suatu kemustahilan
ketika manusia hasil kloning malah menguasai manusia sebenarnya karena
keunggulan mereka dalam berbagai bidang.
Kloning yang
dilakukan pada laki-laki atau perempuan baik yang bertujuan untuk memperbaiki
kualitas keturunan dengan menghasilkan keturunan yang lebih cerdas, lebih kuat,
lebih sehat, dan lebih rupawan, maupun yang bertujuan untuk memperbanyak
keturunan guna meningkatkan jumlah penduduk suatu bangsa agar bangsa atau
negara itu lebih kuat seandainya benar-benar terwujud, maka sungguh akan
menjadi bencana dan biang kerusakan bagi dunia.
Sejarah Kloning
Meskipun
kemungkinan kloning manusia telah menjadi subjek spekulasi untuk banyak abad
kedua puluh, ilmuwan dan pembuat kebijakan mulai mengambil prospek serius pada
1960-an. Nobel Prize winning geneticist Joshua
Lederberg advocated for cloning and genetic engineering in a seminal article in
the American Naturalist in 1966 and again, the following year, in the
Washington Post .He sparked a debate with conservative bioethicist Leon Kass ,
who wrote at the time that "the programmed reproduction of man will, in
fact, dehumanize him." Pemenang Hadiah Nobel genetika Joshua
Lederberg menganjurkan untuk kloning dan rekayasa genetika dalam sebuah artikel
di Naturalist Amerika pada tahun 1966 dan sekali lagi, pada tahun berikutnya, di
Washington Post. Ia memicu perdebatan dengan bioethicist konservatif Leon Kass
, yang menulis di waktu yang "diprogram reproduksi manusia akan, pada
kenyataannya, merendahkan dia." Another Nobel
Laureate, James D. Watson , publicized the potential and the perils of cloning
in his Atlantic Monthly essay, "Moving Toward the Clonal Man", in
1971. Lain pemenang Nobel, James D. Watson , dipublikasikan potensi dan
bahaya kloning dalam esai Atlantic Monthly nya, "Memindahkan Menjelang Man
klonal", pada tahun 1971.
The technology of cloning mammals, although far from
reliable, has reached the point where many scientists are knowledgeable, the
literature is readily available, and the implementation of the technology is
not very expensive compared to many other scientific processes.
Teknologi kloning mamalia, meskipun jauh dari handal, telah mencapai titik di
mana banyak ilmuwan berpengetahuan luas, literatur sudah tersedia, dan
pelaksanaan teknologi ini tidak terlalu mahal dibandingkan dengan banyak proses
ilmiah lainnya. For that reason Lewis D. Eigen has
argued that human cloning attempts will be made in the next few years and may
well have been already begun. The ethical and moral issues cannot wait and
should be discussed, debated and guidelines and laws be developed now.
Untuk alasan Lewis D. Eigen berpendapat bahwa upaya kloning manusia akan
dilakukan dalam beberapa tahun berikutnya dan juga mungkin telah sudah dimulai.
The masalah etika dan moral tidak dapat menunggu dan harus didiskusikan,
diperdebatkan dan menjadi pedoman dan hukum dikembangkan sekarang.
"By waiting until the first clone is
among us or about to be born, we complicate the problem immensely and guarantee
that we will not be able to have the national and international conversation
and debate to arrive at particularly good decisions like using
protection."
"Dengan menunggu
sampai klon yang pertama adalah antara kita atau sekitar untuk lahir, kita
mempersulit masalah itu sangat dan menjamin bahwa kita tidak akan dapat
memiliki percakapan nasional dan internasional dan perdebatan untuk sampai pada
keputusan yang baik terutama seperti menggunakan perlindungan."
Quote:
Sir Paul Nurse adalah Presiden dari Royal Society. Ia ikut mendirikan pos untuk memulai jangka
waktu lima tahun pada tanggal 1 Desember 2010.
Perawat Paul adalah
seorang ahli genetika yang bekerja pada apa yang mengontrol pembagian dan
bentuk sel. Dia adalah Profesor
Mikrobiologi di University of Oxford , CEO dari Cancer Research Fund Imperial
dan Cancer Research UK dan Presiden Rockefeller University di New York . Saat ini ia adalah Direktur dan Chief
Executive dari Francis Crick Institute .
Ia dianugerahi Hadiah
Nobel Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 2001 dan Royal Society Copley Medal
pada tahun 2005.
Kidsgen.blogspot
Rabu, Juni 15, 2011
Dampak Positif dan
Negatif Kloning
Kategori: IPA -
Makhluk hidup sebagai individu, IPA - Sifat dan Kegunaan Benda
Pengertian
Kloning berasal dari kata ‘klon’ dari bahasa Yunani yang
berarti tunas muda. Kloning dapat diartikan sebagai upaya untuk memproduksi
sejumlah individu yang secara genetik sama persis (identik). Dengan kata lain
membentuk organisme dari satu sel sehingga menghasilkan keturunan yang sama
persis dengan induknya. Proses kloning merupakan suatu bentuk reproduksi
aseksual atau tanpa kawin.
Kloning sebenarnya
sudah diterapkan pada tumbuhan, yakni sistem stek pada tanaman singkong. Namun
pada tahun 1996, kelahiran seekor domba hasil kloning bernama Dolly, membuat
pembaharuan pada sistem kloning, yaitu memperbanyak sel pada hewan tingkat
tinggi. Kloning didasarkan pada prinsip bahwa setiap sel makhluk hidup
mempunyai kemampuan totipotensi, yang artinya setiap sel memiliki kemampuan
menjadi individu.
Kloning bertujuan untuk mendapatkan keturunan yang sama atau
identik dengan induknya. Untuk kloning tumbuhan dan hewan, dapat digunakan
untuk melestarikan tumbuhan dan hewan langka. Selain untuk perbanyakan
keturunan, kloning juga telah digunakan untuk terapi atau pengobatan pada
penderita diabetes, leukemia, kelumpuhan saraf, dan berbagai penyakit akibat
kerusakan jaringan.
Hasil kloning akan
memiliki sifat-sifat yang identik (sama persis) dengan induknya. Hal ini
terjadi karena dalam proses pengkloningan, terjadi pengambilan bagian dari
induk yang kemudian akan ditumbuhkan menjadi individu baru yang sama persis
dengan induknya.
Macam-macam
Kloning
1. Kloning pada
Tumbuhan
Kloning dapat dilakukan dari sel-sel tumbuhan,
baik dari akar, batang, dan daun. Sel-sel yang dibuat kloning bisa ditempatkan
pada media yang sesuai dapat ditumbuhkan menjadi individu baru yang sempurna. Prosesnya
adalah memotong organ tumbuhan yang diinginkan. Lalu kita mencari kultur
jaringan (eksplan), mengambil selnya dan memindahkan ke media berisi nutrisi
agar cepat tumbuh. Eksplan ini akan menggumpal menjadi gumpalan yang bernama
kalus. Kalus adalah cikal bakal akar, batang, dan daun. Kalus kemudian ditanam
di media tanah dan akan menjadi sebuah tanaman baru.
2. Kloning pada
Katak
Penelitian untuk kloning pada katak pertama
kali dilakukan oleh John Gordon tahun 1970. Teknik ini dilakukan dengan
mengambil sel telur katak yang belum dibuahi dan menghancurkan nukleusnya
dengan radiasi. Selanjutnya inti sel telur itu diganti dengan inti sel yang
berasal dari sel tubuh. Dalam percobaan, inti sel diambil dari nukleus sel usus
katak betina sejenis, maka akan terbentuk individu baru. Zigot ini nantinya
dipelihara dalam medium pembiakan, yakni katak betina.
3. Kloning pada
Tikus
Percobaan ini dilakukan dengan mengambil sel
telur tikus betina setelah hewan itu kawin. Lalu inti sel telur atau inti sel
spermatozoid dikeluarkan salah satunya sebelum bergabung. Maka sel telur
sekarang hanya akan mempunyai satu inti saja, inti sel telur atau inti sel
sperma. Kromosom kemudian akan dirangsang sehingga akan membelah. Sel telur
akan memiliki sel kromosom lengkap yang semuanya berasal dari salah satu induk.
Setelah itu embrio akan tumbuh dan ditanamkan pada rahim tikus betina.
4. Kloning pada
Domba
Kloning pada domba dilakukan dengan
mempersiapkan sel telur dari domba yang telah diambil intinya. Kemudian sel
telur kosong ini disatukan dengan sel dewasa dari suatu organ tubuh. Dalam
percobaan Ian Wilmut dan Keith Campbell yang melahirkan Dolly tahun 1996,
mereka menggunakan sel dari kelenjar mamae (kelenjar susu) domba. Sel mamae dan
sel telur kosong lalu didifusikan. Sel yang terfusi nantinya akan meng-gandakan
diri atau membelah. Setelah itu embrio ditanamkan di dalam rahim domba lain
sebagai ibu angkat. Embrio akan tumbuh dan berkembang secara normal.
(klik pada gambar
untuk memperbesar)
Terapi dengan
Kloning
Kloning ternyata dapat digunakan untuk terapi
penyakit. Jika Anda penderita gagal ginjal, penderita gangguan otot jantung,
atau penderita rematik yang mengalami nyeri menyiksa sepanjang waktu,
penelitian stem cell (sel tunas) dapat memberi harapan untuk sembuh. Stem cell
atau sel tunas merupakan sel yang memiliki kemampuan untuk membelah dalam
jangka waktu tak terbatas dan mampu membentuk 220 jenis sel penyusun tubuh
manusia.
Sel tunas bisa dikembangkan menjadi sel
ginjal, sel otot jantung, sel pankreas, sel saraf, serta sel lain kemudian
dicangkokkan ke organ tubuh untuk menggantikan jaringan yang rusak. Dalam
penelitian dengan tikus, sel tunas berhasil dengan baik.
Namun untuk mendapatkan sel tunas, orang harus
menghentikan pertumbuhan embrio. Tentu saja proses ini terjadi di luar tubuh,
yaitu di laboratorium sebagaimana dilakukan pada proses bayi tabung (in vitro
fertilization/IVF). Bahkan kebanyakan embrio penelitian berasal dari sisa
program bayi tabung.
Saat ini, sedang diteliti apa akibat dari sel
tunas pada manusia. Jika penelitian ini berhasil, berbagai penyakit dapat
disembuhkan.
Dampak Positif
dan Negatif Kloning
Dampak Positif
Jika kloning dilakukan pada tumbuhan dapat
memberikan keuntungan yang lebih banyak. Akan diperoleh tanaman baru dalam
jumlah besar dalam waktu yang singkat dan dengan sifat yang identik atau sama
dengan induknya. Jika tanaman induk mempunyai sifat-sifat unggul maka dapat
dipastikan keturunannya pun akan memiliki sifat unggul yang sama dengan
induknya. Upaya kloning pada tumbuhan juga dapat kita gunakan sebagai upaya
konservasi tumbuhan langka. Adanya teknologi kloning pada tumbuhan dapat
meningkatkan agrobisnis. Demikian pula halnya pada hewan ternak.
Terapi kloning juga bisa menyelamatkan para
penderita yang mengalami gagal ginjal atau kerusakan jantung. Terapi kloning
ini mempermudah penyediaan organ tubuh untuk dicangkokkan ke pasien, tetapi ini
masih dalam tahap penelitian.
Dampak Negatif
Kloning pada tanaman akan menghasilkan
keturunan yang sama dengan induknya. Hal ini akan menghilangkan keanekaragaman
tanaman baru yang dihasilkan, demikian juga pada hewan.
Sementara itu kloning pada hewan dan manusia
masih banyak dipertentangkan sebab banyak akibat yang ditimbulkan. Contohnya,
resiko kesehatan terhadap individu hasil kloning.
Kalangan yang menentang berpendapat bahwa
kloning manusia dapat disalahgunakan untuk menciptakan spesies atau ras baru
dengan tujuan yang bertentangan dengan nilai kemanusiaan. Lagipula, kloning
pada mamalia belum sepenuhnya sempurna. Dapat dilihat pada Domba Dolly yang
menderita berbagai penyakit.
Selain itu, akan terjadi kekacauan kekerabatan
dan identitas diri dari klona (hasil kloning) maupun induknya.
Bioteknologi (2) : Teknologi Cloning untuk menciptakan
makhluk hidup tanpa perkawinan + video
Artikel ini telah
dibaca 12,508 kali
BMC – Teknologi
kloning. Suatu cara reproduksi yang menggunakan teknik tingkat tinggi di bidang
rekayasa genetika untuk menciptakan makhluk hidup tanpa melalui perkawinan.
Teknik reproduksi
ini menjadi terkenal sejak tahun 1996 karena keberhasilan Dr. Ian Welmut,
seorang ilmuwan Scotlandia yang sukses melakukan kloning pada domba yang
kemudian dikenal dengan Dolly. Sekarang teknik dan tingkat keberhasilan kloning
telah begitu pesat. Salah satu negara yang sukses menguasai teknologi ini
sekaligus menjadikannya sebagai lahan bisnis modern adalah Korea Selatan.
Teknologi Cloning
: Cara menciptakan makhluk hidup tanpa perkawinan
Kloning berasal
dari kata ‘clone’, artinya mencangkok. Secara sederhana bisa dipahami, teknik
ini adalah cara reproduksi vegetatif buatan yang dilakukan pada hewan dan atau
manusia. Seperti yang kita ketahui bahwa mayoritas hewan (termasuk manusia)
hanya bisa melakukan reproduksi generatif (kawin) yang dicirikan adanya
rekombinasi gen hasil proses fertilisasi ovum oleh sperma. Sedangkan pada
reproduksi vegetatif tidak ada proses tersebut, karena individu baru (baca:
anak) berasal dari bagian tubuh tertentu dari induknya. Dengan teknik kloning,
hewan dan manusia bisa diperbanyak secara vegetatif (tanpa kawin).
Teknik ini
melibatkan dua pihak, yaitu donor sel somatis (sel tubuh) dan donor ovum (sel
gamet). Meskipun pada proses ini kehadiran induk betina adalah hal yang mutlak
dan tidak mungkin dihindari, tetapi pada proses tersebut tidak ada fertilisasi
dan rekombinasi (perpaduan) gen dari induk jantan dan induk betina. Ini
mengakibatkan anak yang dihasilkan memiliki sifat yang (boleh dikatakan) sama
persis dengan ‘induk’ donor sel somatis.
Untuk lebih
jelas, berikut ini uraian dasar proses kloning pada domba Dolly beberapa tahun
lalu. Perhatikan gambar berikut. Langkah kloning dimulai dengan pengambilan sel
puting susu seekor domba. Sel ini disebut sel somatis (sel tubuh). Dari domba
betina lain diambil sebuah ovum (sel telur) yang kemudian dihilangkan inti
selnya. Proses berikutnya adalah fusi (penyatuan) dua sel tersebut dengan
memberikan kejutan listrik yang mengakibatkan ‘terbukanya’ membran sel telur
sehingga kedua sel bisa menyatu. Dari langkah ini telah diperoleh sebuah sel
telur yang berisi inti sel somatis. Ternyata hasil fusi sel tersebut
memperlihatkan sifat yang mirip dengan zigot, dan akan mulai melakukan proses
pembelahan.
Sebagai langkah
terakhir, ‘zigot’ tersebut akan ditanamkan pada rahim induk domba betina,
sehingga sang domba tersebut hamil. Anak domba yang lahir itulah yang dinamakan
Dolly, dan memiliki sifat yang sangat sangat mirip dengan domba donor sel
puting susu tersebut di atas.
Dolly lahir
dengan selamat dan sehat sentausa. Sayangnya selama perjalanan hidupnya dia
gampang sakit dan akhirnya mati pada umur 6 tahun, hanya mencapai umur separoh
dari rata-rata masa hidup domba normal. Padahal kloning yang dilakukan pada
hewan spesies lain tidak mengalami masalah.
Dari hasil
penyelidikan kromosomal, ternyata ditemui bahwa Dolly mengalami pemendekan
telomere. Telomere adalah suatu pengulangan sekuen DNA yang biasa didapati
diujung akhir sebuah kromosom. Uniknya, setiap kali sel membelah dan kromosom
melakukan replikasi, sebagian kecil dari ujung kromosom ini selalu hilang entah
kemana. Penyebab dan mekanismenya juga belum diketahui sampai sekarang.
Masalah
pemendekan telomere ini diketahui menyebabkan munculnya sinyal agar sel
berhenti membelah. Hal inilah yang diduga berhubungan erat dengan percepatan
penuaan dan kematian. Pemendekan telomere ini ternyata disebabkan oleh
aktivitas enzim yang dikenal dengan telomerase.
Sejalan dengan
perkembangan teknik kloning, para ilmuwan telah mampu membuka harapan besar
untuk menghidupkan kembali satwa-satwa yang telah punah. Seorang profesor
Biologi asal Jepang, Teruhiko Wakayama, berhasil membuat kloning dari seekor
mencit yang telah beku selama dua dekade. Keberhasilan ini memicu kemungkinan
terobosan yang lebih spektakuler lagi, yakni ‘membangkitkan kembali’ makhluk
hidup yang telah punah! Misalnya burung Dodo (Raphus cucullatus), serigala
Tasmania (Thylacinus cynocephalus), Quagga (Equus quagga), sampai beberapa
subspesies dari harimau yang telah punah (Panthera tigris balica, Panthera
tigris sondaicus). Ini bukan isapan jempol belaka! Para ilmuwan di San Diego
telah mengambil sedikit jaringan dari spesimen awetan banteng Jawa yang telah
mati selama beberapa tahun, kemudian mengisolasi DNA banteng Jawa tersebut dan
memasukkan inti sel sintesis ke sel telur sapi biasa. Hasilnya, dua ekor banteng
Jawa berhasil dilahirkan dari rahim sapi biasa. Jadi impian menghidupkan
spesies yang telah punah, seperti Jurassic Park, tidak lagi dianggap
science-fiction belaka.
Bagaimana dengan
kloning manusia? Inilah masalahnya.
Banyak negara dan
agamawan yang terang-terangan melarang dan menolak kloning pada manusia karena
masalah itu bersinggungan dengan moral, etika, dan agama, belum lagi keruwetan
silsilah. Bayangkan begini: saya bertindak sebagai donor sel somatis yang
hendak diklon. Sel telur (ovum) diambil dari Tamara Blezinski, dan zigot
ditanamkan dirahim Luna Maya. Pertanyaannya: bayi yang lahir anak siapa? Itu
hanya masalah sederhana yang gampang dipahami oleh awam. Jika dikaitkan dengan
berbagai peraturan keagamaan, soal itu bisa jadi lebih ruwet lagi. Jadi saya
gak mau membahasnya.
Namun demikian,
beberapa pihak mengklaim telah melakukan kloning pada manusia, misalnya:
Severino
Antinori, ginekolog terkenal asal Italia, mengaku berhasil mengkloning tiga
bayi sekaligus. Dokter kontroversial ini pernah membantu wanita menopause
berusia 63 tahun untuk melahirkan. Konon dr Antinori inilah yang berhasil
melakukan klone pada manusia dan lahirlah bayi perempuan yang dinamai Eve, yang
sekarang telah berusia 6 tahun.
dr Panayiotis
Zavos, seorang ilmuwan asal Amerika Serikat, mengaku telah mengkloning manusia.
Kepada surat kabar Inggris, Independent,Zavos mengaku berhasil mengkloning 14
embrio manusia, 11 di antaranya sudah ditanam di rahim empat orang wanita.
Stemagen Corp.,
mengklaim menjadi peneliti pertama yang berhasil mengkloning manusia. Mereka
menggunakan teknik bernama somatic cell nuclear transfer, atau SCNT, yang
melibatkan lubang dari sel telur yang disuntikkan sebuah sel nukleus dari
seorang donor untuk kemudian dikloning dengan sel kulit yang berasal dari dua
orang laki-laki.
Lepas dari
kontroversi masalah kloning pada manusia, tampaknya ilmu pengetahuan bio
molekuler dan rekayasa genetika akan tetap melaju tak terbendung dengan segala
kelebihan dan kekurangannya. Seperti juga di dunia fisika teoritis, upaya
memburu ‘Partikel Tuhan’ untuk menjawab asal mula pembentukan semesta ini mulai
menampakkan hasil. Kedua bidang itulah yang tampaknya menyebabkan manusia
secara tak sadar mulai menjejakkan kaki selangkah masuk ke wilayah Tuhan.
Bisa dikatakan
bahwa hampir semua ajaran Agama di dunia
mengatakan bahwa manusia diciptakan melalui proses pertemuan sel
Cloning
sperma dan telur
dan diberi roh/jiwa oleh Tuhan pada hari ke-X setelah masa masuknya sperma ke
dalam sel telur. Ajaran mengenai penciptaan manusia yang selanjutnya
berhubungan dengan kelahiran manusia di dunia merupakan sentral utama ajaran
Agama mengingat hidup dan mati merupakan misteri terbesar manusia sejak manusia
pertama kali menghuni bumi. Dari misteri kehidupan (lahir-mati) manusia, maka
ajaran untuk melaksanakan perintah dan menjauhi larangan menjadi pedoman bagi
manusia yang telah diciptakan oleh Tuhan melalui proses pertemuan sel sperma
dan sel telur. Semua itu tercatat secara jelas dalam kitab suci.
Salah satu
kegiatan yang bertentangan langsung dengan intisari mayoritas ajaran Agama
adalah kloning manusia. Kloning merupakan proses membuat (reproduksi) individu
baru melalui rekayasa genetika secara aseksual (tanpa pertemuan sel sperma dan
ovum). Selama ini reproduksi aseksual hanya terjadi pada bakteri, serangga,
cacing planaria, tanaman. Dengan perkembangan bioteknologi, para ahli genetika
menemukan cara reproduksi makhluk tanpa harus melalui proses pertemuan sperma
dan sel ovum yakni dengan mereplikasi (meng-copy) fragmen DNA yang akan dikloning
dari sel suatu makhluk hidup seperti sel rambut, tulang, otot, dll.
***
Misteri
reproduksi makhluk tanpa melalui perkawinan (aseksual) mulai menjadi perdebatan
sengit ketika Ian Wilmut, Keith Campbell dan tim di Roslin Institute –
Skotlandia berhasil mengkloning Domba Dolly pada tahun 1996.
Foto Domba Dolly
Sebelumnya
manusia telah berhasil mengkloning kecebong (1952), Ikan (1963), Tikus (1986).
Keberhasilan kloning Dolly menuai kecaman sebagian besar penduduk dunia baik
institusi keagamaan, pemeluk agama, dunia kedokteran institusi riset sejenis
hingga pemerintahan tiap negara. Hal ini menyebabkan pengklonian dilakukan
secara sembunyi-sembunyi.
Sejak
keberhasilan kloning Domba 1996, muncullah hasil kloning lain pada Monyet
(2000), Lembu “Gaur” (2001), Sapi (2001),
Kucing (2001) dan dikomersialkan pada 2004, Kuda (2003), Anjing,
serigala dan kerbau. Selain itu, beberapa lembaga riset telah berhasil
mengkloning bagian tubuh manusia seperti tangan. Kloning bagian tubuh manusia dilakukan untuk
kebutuhan medis, seperti tangan yang hilang karena kecelakaan dapat dikloning
baru, begitu juga jika terjadi ginjal yang rusak (gagal ginal). Dan terakhir,
ada dua berita pengkloningan manusia yakni
Dokter Italia Kloning Tiga Bayi dan Dr. Zavos Mulai Kloning Manusia.
Berikut cuplikan beritanya dari kompas.com.
Dokter Italia
Kloning Tiga Bayi
Severino
Antinori, ginekolog terkenal asal Italia, mengaku berhasil mengkloning tiga
bayi sekaligus. Dokter kontroversial yang pernah membantu wanita menopause
berusia 63 tahun untuk melahirkan ini mengungkapkan keberhasilannya dalam
majalah mingguan Oggi yang terbit, Rabu (4/3).
Menurutnya,
ketiga bayi ini terdiri dari dua laki-laki dan satu perempuan. Kini mereka
telah berusia sembilan tahun. “Saya membantu melahirkan ketiganya dengan teknik
kloning manusia. Mereka lahir dalam keadaan sehat dan baik-baik saja hingga
sekarang,” jelas Antinori….. silahkan baca lebih lanjut Dokter Italia Kloning …
Dr Zavos Mulai
Kloning Manusia
Diam-diam,
seorang ilmuwan asal Amerika Serikat, dr Panayiotis Zavos, mengkloning manusia.
Kepada surat kabar Inggris, Independent, Zavos mengaku berhasil mengkloning 14
embrio manusia, 11 di antaranya sudah ditanam di rahim empat orang wanita.
Tidak diketahui di mana Zavos mekakukan kloning tersebut karena di Inggris,
tempat ia tinggal, dan sejumlah negara, kloning manusia dilarang. Beberapa
kemungkinan muncul tempat di mana Zavos melakukan kloning, antara lain di Timur
Tengah atau di Amerika Serikat, tepatnya di Kentucky, lokasi kliniknya, atau
Siprus tempat ia lahir.
Foto dr
Panayiotis Zavos
Tapi empat pasien
yang menjadi tempat penanaman sel hasil kloningnya disebutkan, tiga di
antaranya wanita sudah menikah dan satu wanita lajang. Keempat wanita itu
masing-masing dari Inggris, Amerika Serikat dan sebuah negara di Timur Tengah
yang tidak disebutkan.
Namun, sejauh ini
hasil kerja Dr Zavos belum membuahkan hasil karena keempat wanita itu belum
kunjung hamil meski embrio sudah ditanam di rahim empat wanita tersebut. “Saya
memahami kenapa sejauh ini kami belum memperoleh kehamilan dari embrio yang
sudah ditanam. Ini karena ada kondisi yang tidak ideal yang membuat itu tidak
terjadi,” kata Dr Zavos. Ke depan, Zavos berencana berkolaborasi dengan Karl
Illmensee yang sudah punya banyak pengalaman dengan proses kloning sejak
1980-an.
Untuk uji coba
berikutnya, Zavos merekrut 10 pasangan muda untuk menjadi obyek uji coba
berikutnya. “Banyak pasangan yang berminat untuk mencoba proses kloning ini di
rahimnya,” ujarnya. Zavos sudah menetapkan biaya untuk setiap orang yang ingin
mengkloning. Biaya yang ditetapkan 45.000 dollar AS hingga 75.000 dollar AS
atau sekitar Rp 492,3 juta sampai Rp 820,5 juta (kurs Rp 10.940).
Harian
Independent menerbitkan berita itu setelah mendapatkan rekaman video hasil
proses kloning yang dilakukan Zavos. Bayi hasil kerja Zavos diperkirakan akan
lahir dalam beberapa waktu ke depan. “Tidak ada keraguan dalam hal ini. Bayi
hasil kloning akan muncul. Apabila
kami meningkatkan usaha, kami akan mendapatkan bayi kloning dalam satu atau dua
tahun. Tetapi kami belum tahu sampai sejauh mana peningkatan usaha yang kami dilakukan,” ujar Zavos seperti dilansir
Independent.
Tindakan Dr Zavos
tentu saja mendapat kecaman dari kalangan ilmuwan dan dianggap melawan etik
kedokteran.
Manusia meninggal
Zavos melakukan
hal yang berbeda dalam mengkloning manusia. Bila sebelumnya ilmuwan
melakukannya dengan meletakkan embrio di tabung percobaan, Zavos langsung
manaruhnya di rahim manusia.
Manusia yang
dikloning Zavos adalah tiga orang yang sudah meninggal. Satu di antaranya
adalah embrio seorang anak berusia 10 tahun bernama Cady. Anak tersebut
meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil di Amerika Serikat. Sel darah Cady
telah dibekukan dan dikirim ke Zavos. Orangtua Cady setuju dengan persyaratan
yang ditentukan apabila kloning embrio anaknya bisa dilahirkan dengan selamat.
Misteri Jilid 2
Dari dua artikel
berita sains Kompas.com tersebut, muncul pertanyaan saya yang menjadi misteri
yang belum dapa t terjawab.
Apakah
keberhasilan para ilmuwan untuk mengkloning manusia akan menjadi batu cobaan
terbesar bagi eksitensi ajaran Agama? Benarkah ajaran Agama mengenai kelahiran dan penciptaan manusia dapat
dicoret karena keberhasilan kloning manusia? Akankah kloning manusia sesukses
kloning Domba Dolly yang dihendaki oleh berbagai pihak agar tidak berhasil?
Mungkinkah kloning manusia akan menjadi tindakan menghancurkan peradaban
manusia? Etis dan beragamakah tindakan para ilmuwan tersebut untuk menciptakan
makhluk hidup tanpa melalui perkawinan seperti disebutkan dalam kitab suci?
Atau sebaliknya, apakah larangan dan kecaman dunia internasional terhadap
kloning merupakan pengulangan sejarah seperti yang dialami Copernicus dan
Galileo mengenai Heliosentris?
Dimanakah
keselaran antara sains dan agama? Mungkinkah keberhasilan kloning manusia
menjadi kegagalan agama dalam menerangkan gejala alam? Bagaimana kita sebagai
umat beragama menyikapi kloning manusia? Apa yang dapat kita lakukan? Perlukah
mengecam kloning manusia?
Terima kasih atas
jawaban dan komentarnya yang menjadi misteri pertanyaan saya.
26 April 2009, ech-nusantaraku
Tulisan terkait :
DNA : Pikiranmu Jadi Sumber Penyakit dan Kesembuhan